Analisis Kajian Semiotika Poster Film Dilan 1990


Pembahasan Teori

Kajian semiotika kali ini membahas mengenai mitos, metafora dan metomini berdasarkan teori Roland Barthes, berikut penjelasannya.

v   Mitos,

Menurut Barthes, mitos merupakan representasi yang dihasilkan oleh kekuatan-kekuatan budaya yang mengaburkan realitas dan membuatnya tampak alamiah atau tak terhindarkan. Misalnya, gambar seorang perempuan cantik yang merokok dapat dianggap sebagai simbol kebebasan dan kekuatan, tetapi Barthes akan menafsirkannya sebagai sebuah mitos yang diciptakan oleh industri rokok untuk mempromosikan produk mereka.

Dalam teori Barthes, mitos terdiri dari dua komponen utama: signifier (pencitraan) dan signified (yang diwakili). Signifier adalah bentuk konkret atau representasi fisik dari mitos, seperti gambar atau kata-kata, sedangkan signified adalah makna atau pesan yang diwakili oleh signifier. Barthes menegaskan bahwa mitos bukanlah sesuatu yang alami atau intrinsik, melainkan dibentuk oleh kekuatan-kekuatan tertentu dalam masyarakat.

Dengan mengungkapkan mitos-mitos ini, Barthes berusaha untuk mengajak pembaca mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari budaya dan masyarakat mereka. Dia menginginkan kesadaran akan bagaimana kekuatan-kekuatan tertentu mempengaruhi cara kita memahami dunia di sekitar kita dan bagaimana kita bertindak dalam masyarakat.

 

v   Metafora

Dalam teori Roland Barthes, metafora memiliki peran penting dalam pembentukan mitos dan representasi budaya. Barthes memandang metafora sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk mentransmisikan ide, konsep, atau pesan tertentu melalui bahasa atau simbol-simbol.

Metafora, menurut Barthes, tidak hanya sekadar perangkat retoris yang digunakan dalam tulisan sastra atau pidato, tetapi juga merupakan bagian integral dari cara kita memahami dunia di sekitar kita. Dalam karya-karyanya, Barthes menyoroti bagaimana metafora digunakan dalam media massa, iklan, dan budaya populer untuk membentuk mitos dan mengarahkan pemikiran dan perilaku masyarakat.

Sebagai contoh, Barthes akan menunjukkan bagaimana penggunaan metafora tertentu dalam iklan atau media massa dapat merubah persepsi terhadap suatu produk atau konsep. Metafora seperti "kecantikan adalah kebahagiaan" atau "keberhasilan adalah memiliki barang mewah" dapat mengarah pada pembentukan mitos tentang bagaimana kebahagiaan atau keberhasilan seharusnya dicapai dalam masyarakat.

Dengan memahami peran metafora dalam pembentukan mitos dan representasi budaya, Barthes mengajak kita untuk menjadi kritis terhadap pesan-pesan yang disampaikan melalui bahasa dan simbol-simbol. Dia menekankan pentingnya mempertanyakan metafora yang mendasari pemikiran dan tindakan kita, serta menyadari bagaimana mereka dapat mempengaruhi cara kita memahami dunia.

 

v  Metomini

  Dalam pandangan Barthes, metonimi adalah salah satu dari dua proses dasar pembentukan makna dalam bahasa, yang lainnya adalah metafora. Metonimi melibatkan penggantian sebuah kata dengan kata lain yang terkait secara langsung dengan konteksnya, sementara metafora melibatkan penggantian kata dengan kata yang memiliki makna kiasan.

  Contoh metonimi adalah penggunaan kata "putih" untuk merujuk pada dokter atau pakaian laboratorium, karena warna putih sering digunakan dalam seragam medis. Dalam hal ini, kata "putih" digunakan sebagai metonimi karena secara langsung terkait dengan konteks dokter atau pakaian laboratorium, meskipun secara harfiah merujuk pada warna.

  Barthes memperhatikan bahwa metonimi sering digunakan dalam teks-teks budaya untuk mengaitkan ide-ide atau konsep-konsep dengan objek-objek konkret atau tindakan-tindakan tertentu. Dengan demikian, metonimi dapat membantu membangun asosiasi dan konotasi di antara berbagai elemen dalam teks, yang berkontribusi pada pembentukan makna keseluruhan.

    Dengan memahami peran metonimi dalam pembentukan makna, Barthes menyoroti pentingnya konteks dalam penafsiran teks dan bahasa. Ia juga menekankan bahwa proses-proses semiotik seperti metonimi dan metafora membentuk struktur dasar dari pemikiran dan komunikasi manusia.

 

 

Poster Film Dilan 1990

 Film Dilan 1990 merupakan film yang diangkat dari sebuah novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq yang diterbitkan pada tahun 2014. Novelnya sendiri memiliki  2  sekuel  lainnya  yaitu Dilan  Bagian  Kedua:  Dia  adalah  Dilanku  Tahun 1991” terbit pada tahun 2015 dan spin-off nya Milea: Suara dari Dilan” terbitan tahun 2016, yang kisahnya ditulis berdasarkan kisah nyata. Film Dilan sendiri dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea. Film ini mencerikan tentang kisah cinta 2 remaja yang besar di Bandung. Berikut adalah poster Film Dilan 1990 :



Analisis kajian semiotika akan dibahas berdasarkan bentuk visual yang dihasilkan dari poster film dilan 1990, yang terbentuk melalui objek utama/ pendukung, karakter tokoh, visual karakter.

Ø   Mitos

Analisis mitos yang lerlihat dalam poster film Dilan 1990 yaitu mengenai penggunaan motor yang cukup lawas Honda CB100 produksi tahun 1975-an menandakan era kehidupan tahun 1990. Yang terbentuk berdasarkan trend kehidupan yang menjadikan sebuah kebudayaan tahun 1990 yang senang mengoleksi motor model seperi itu bagi seorang geng motor.



Penggunaan seragam sekolah yang menandakan ciri khas tahun 1990. Seperti yang kenakan milea yaitu menggunakan rok pendek. Pada tahun 90-an seragam sekolah perempuan mayoritas menggukan rok pendek. Tidak seperti sekarang yang mayoritas menggunakan rok panjang karena dianggap lebih sopan sebab menutupi aurot. Sehingga, pembeda ini menjadikannya sebuah mitos hasil kebudayaan etika pendidikan tahun 90-an.


Selanjutnya, seragam Dilan yang menandakan mitos bagi seorang pelajar yaitu ketika berpakaian tidak mengikuti aturan sekolah, siswa tersebut dianggap berandalan. Terlihat pada cara berpakaian Dilan yang bajunya dikeluarkan dari seragam celananya, yang menjadikannya sebuah budaya tersendiri, Karena memang Dilan merupakan ketua geng motor terkenal di Bandung pada tahun 1990.


Ø   Metafora

Gambar Dilan menaiki motor dan Milea sedang berjalan mungkin digunakan untuk merepresentasikan kekuatan cinta dan kebahagiaan dalam hubungan romantic seperti kutipannya “Kamu Milea, ya? Boleh aku ramal? Aku ramal nanti sinag kita akan bertemu dikantin” kata Dilan. Namun mungkin, bisa saja Dilan ingin menagih utang pada Milea, Dilan sedang mengejek Milea karna nilai UNnya lebih rendah dan lain sebagainya.



Metafora yang dapat dianalisis lainnya adalah kalimat: karakter utama film Dilan 1990 adalah Dilan. Maka paragimatik metafora yang dapat terbentuk adalah ketua gengter, badai yang menerjang jalanan.

                                   

 

Ø  Metonimi

Ciri karakter seoraang Milea itu mengenakan jaket berwarna merah. Paragdimatik metonimi yang dapat terbentuk berdasarkan visual poster yaitu Milea itu berambut panjang, Milea itu berseragam sekolah, Milea itu tinggi, Milea itu putih

Sedangkan ciri karakter seorang Dilan itu mengendarai motor . Paragdimatik matonimi yang dapat terbentuk berdasarkan visual poster yaitu Dilan itu anggota geng motor, Dilan itu tinggi, Dilan itu ganteng, Dilan itu puitis.




                                           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LITERATUR REVIEW JURNAL MENGENAI POSTER FIILM